Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku
Kota Ambon atau Amboina atau Ambonese atau Amq (Kadang
dieja sebagai Ambong atau Ambuni) adalah sebuah kota dan sekaligus ibu kota
dari provinsi Maluku, Indonesia. [1]
Kota ini dikenal juga dengan nama Ambon Manise yang
berarti Kota Ambon Yang Indah/Manis/Cantik, merupakan Kota terbesar di wilayah
kepulauan Maluku dan menjadi sentral bagi wilayah kepulauan Maluku. Saat ini
kota Ambon menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah
kepulauan Maluku.
Kota Ambon berbatasan dengan Laut Banda disebelah
selatan dan dengan kabupaten Maluku Tengah di sebelah timur (pulau-pulau Lease
yang terdiri atas pulau-pulau Haruku, pulau Saparua, pulau Molana, pulau Pombo
dan pulau Nusalaut), di sebelah barat (petuanan negeri Hila, Leihitu, Maluku
Tengah dan Kaitetu, Leihitu, Maluku Tengah yang masuk dalam kecamatan Leihitu,
Maluku Tengah) dan di sebelah utara (kecamatan Salahutu, Maluku Tengah).
Kota ini tergolong sebagai salah satu kota utama dan
kota besar diregion pembangunan Indonesia Timur dilihat dari aspek perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi. Ambon, sempat diguncang kerusuhan sosial bermotifkan
SARA antara tahun 1996-2002. Namun, sekarang Ambon Manise sudah berbenah diri
menjadi kota yang lebih maju dan dilirik sebagai kota internasional di
Indonesia Timur.
Dilihat dari aspek demografis dan etnisitas, kota
Ambon ini merupakan potret kota yang plural. Dimana dikota ini berdiam
etnis-etnis Alifuru (asli Maluku), Jawa, Bali, BBM (Buton-Bugis-Makassar),
Papua, Melayu, Minahasa, Minang, Flobamora (Suku-suku Flores, Sumba, Alor dan
Timor) dan tentunya orang-orang keturunan asing (Komunitas peranakan Tionghoa,
komunitas Arab-Ambon,komunitas Spanyol-Ambon, komunitas Portugis-Ambon dan
komunitas Belanda-Ambon).Saat ini, kota Ambon terbagi atas 5 kecamatan yaitu
Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Teluk Banguala dan Leitimur Selatan, yang
terbagi lagi atas 50 keluarahan-desa.
Peta Pulau
Ambon, Kodya Ambon Berlokasi diselatan pulau ini
Sejarah
Kota Ambon
di abad ke-17. Di sebelah kiri terlihat benteng Victoria yang dibangun
Portugis.
Kota Ambon mulai berkembang semenjak kedatangan
Portugis di tahun 1513,[2] kemudian sekitar tahun 1575, penguasa
Portugis mengerahkan penduduk di sekitarnya untuk membangun benteng Kota Laha
atau Ferangi yang diberi nama waktu itu Nossa Senhora de Anunciada di dataran
Honipopu. Dalam perkembangannya sekelompok masyarakat pekerja yang membangun
benteng tersebut mendirikan perkampungan yang disebut Soa, kelompok masyarakat
inilah yang menjadi dasar dari pembentukan kota Ambon kemudian (Cita de Amboina
dalam bahasa Spanyol atau Cidado do Amboino dalam bahasa Portugis ) karena di
dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat geneologis
teritorial yang teratur.[3]
Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai
kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut
lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda dan diberi
nama Nieuw Victoria (terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif
Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri). Benteng ini merupakan
tempat dimana Pattimura dieksekusi. Pahlawan Nasional Slamet Rijadi juga gugur
di benteng ini dalam pertempuran melawan pasukan Republik Maluku Selatan.
Sejarah Penentuan Hari Lahirnya Kota
Ambon
Hari lahir atau hari jadi kota Ambon telah diputuskan
jatuh pada tanggal 7 September 1575 dalam suatu seminar di Kota Ambon.
Bagaimana penentuan hari jadi kota kita yang telah berumur ratusan tahun itu,
sejarahnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Bahwa yang mengambil
inisiatif atau gagasan untuk mencari dan menentukan hari jadi atau hari lahir
Kota Ambon adalah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Ambon Almarhum Letnan
Kolonel Laut Matheos H. Manuputty (Walikota yang ke- 9).
Untuk itu dikeluarkannya Surat Keputusan Walikotamadya
Kepala Daerah tingkat II Ambon tertanggal 10 Juli 1972 nomor 25/KPTS/1972 yang
diubah pada tanggal 16 Agustus 1972, yang isinya mengenai pembentukan Panitia
Khusus Sejarah Kota Ambon dengan tugas untuk menggali dan menentukan hari lahir
kota Ambon. Kemudian dengan suratnya tertanggal 24 Oktober 1972 nomor PK.
I/4168 selaku Panitia Khusus Sejarah Kota Ambon menyerahkan tugasnya itu kepada
Fakultas Keguruan Universitas Pattimura untuk menyelenggarakan suatu seminar
ilmiah dalam rangka penentuan hari lahir Kota Ambon.
Selanjutnya pada tanggal 26 Oktober 1972 Pimpinan
Fakultas Keguruan mengadakan rapat dengan pimpinan Jurusan Sejarah dan hasilnya
adalah diterbitkannya Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan Universitas
pattimura tertanggal 1 Nopember 1972 nomor 4/1972 tentang pembentukan Panitia
Seminar Sejarah Kota Ambon. Seminar sejarah ini berlangsung dari tanggal 14
sampai dengan 17 Nopember 1972, dihadiri oleh kurang lebih dua ratus orang yang
terdiri dari unsur-unsur akademis, Tokoh Masyarakat dan Tokoh adat serta aparat
Pemerintah Kodya Ambon maupun Provinsi Maluku.
Susunan Panitia seminar dicatat sebagai berikut ;
- Ketua
Drs. John Sitanala (Dekan Fakultas Keguruan)
- Wakil Ketua
Drs. John A. Pattikayhatu (Ketua jurusan Sejarah)
- Sekretaris
Drs. Z. J. Latupapua (Sekretaris Fakultas Keguruan)
- Seksi Persidangan yang terdiri dari tiga kelompok
- Kelompok I diketuai Thos Siahay, BA.
- Kelompok II diketuai Yoop Lasamahu, BA
- Kelompok III diketuai Ismail Risahandua, BA
- Panitia Pengarah/Teknis Ilmiah diketuai oleh Drs. J.A. Pattikayhatu,
- Drs. Tommy Uneputty
- Drs. Mus Huliselan
- Drs. John Tamaela
- Dra. J. Latuconsina
- Sam Patty, BA
- I. A. Diaz
- Pemakalah terdiri dari 7 orang, 3 dari Pusat dan 4 dari daerah
- Drs. Moh. Ali (Kepala Arsip Nasional)
- Drs. Z. J. Manusama (Pakar Sejarah Maluku)
- Drs. I. O. Nanulaita (IKIP Bandung)
- Drs. J. A. Pattikayhatu (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
- Drs. T. J. A. Uneputty (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
- Drs. Y. Tamaela (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
- Dra. J. Latuconsina (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
Seminar berlangsung dari tanggal 14 sampai 17 Nopember
1972 itu akhirnya menetapkan hari lahir kota Ambon pada tanggal 7 September
1575. Bahwa tahun 1575 diambil sebagai patokan pendirian kota Ambon ialah
berdasarkan fakta-fakta sejarah yang dianalisa dimana sekitar tahun tersebut
sudah dimulai pembangunan benteng “Kota Laha” didataran Honipopu dengan
mengerahkan penduduk di sekitarnya oleh penguasa Portugis seperti penduduk
negeri / desa Kilang, Ema, Soya, Hutumuri, Halong, Hative, Seilale, Urimessing,
Batu Merah dll. Benteng Portugis yang dibangun diberi nama “Nossa Senhora de
Anuneiada”. Dalam perkembangannya kelompok pekerja benteng mendirikan
perkampungan yang disebut “Soa” Kelompok masyarakat inilah yang menjadi dasar
dari pembentukan kota Ambon kemudian (Citade Amboina) karena di dalam
perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat
geneologis teritorial yang teratur.
Pemukiman dan aktifitas masyarakat disekitar Benteng
makin meluas dengan kedatangan migrasi dari utara terutama dari Ternate, baik
orang-orang Portugis maupun para pedagang Nusantara sebagai akibat dari
pengungsian orang-orang portugis dari kerajaan Ternate yang dipimpin oleh
Sultan Baabullah. Peristiwa kekalahan Portugis tersebut membawa suatu
konsekuensi logis dimana masyarakat di sekitar Benteng Kota Laha itu makin
bertambah banyak dengan tempat tinggal yang sudah relatif luas sehingga
persyaratan untuk berkembang menuju kepada sebuat kota lebih dipenuhi.
Selanjutnya tentang penetapan tanggal 07 September
didasarkan pada peninjauan fakta sejarah bahwa pada tanggal 07 September 1921 ,
masyarakat kota Ambon diberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial
Belanda sebagai hasil manifestasi perjuangan Rakyat Indonesia asal Maluku di
bahwa pimpinan Alexander Yacob Patty untuk menentukan jalannya Pemerintahan
Kota melalui wakil-wakil dalam Gemeeteraad (Dewan Kota) berdasarkan keputusan
Gubernur Jenderal tanggal 07 September 1921 nomor 07 (Staatblad 92 Nomor 524).
Ditinjau dari segi politik nasional, momentum ini merupakan saat penentuan dari
Pemerintahan Kolonial Belanda atas segala perjuangan rakyat Indonesia di Kota
Ambon yang sekaligus merupakan suatu momentum kekalahan politis dari bangsa
penjajah. Ditinjau dari segi yuridis formal, tanggal 07 September merupakan
hari mulainya kota memainkan peranannya di dalam pemerintahan seirama dengan
politik penjajah dewasa itu. Momentum inilah yang menjadi wadah bagi rakyat
Kota Ambon di dalam menentukan masa depan. Dilain pihak, kota Ambon sebagai
daerah Otonom dewasa ini tidak dapat dilepaspisahkan daripada langka momentum
sejarah.
Setelah Seminar Sejarah Kota Ambon yang berlansung
tanggal 14 sampai 17 Nopember 1972 berhasil menetapkan tanggal 7 September 1575
sebagai Hari lahir Kota Ambon, maka untuk pertama kalinya pada tanggal 7
September 1973 Hari lahir Kota Ambon diperingati.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.